LCN – Mataram, Kota Mataram diterjang banjir besar, Minggu (06/07/2025) setelah diguyur hujan deras tanpa henti. Bencana yang disebut-sebut sebagai yang terparah dalam 40 hingga 50 tahun terakhir ini, telah merendam ribuan rumah, memaksa puluhan ribu warga mengungsi dan menelan dua korban jiwa akibat tersengat listrik.
Kronologi dan Dampak Memilukan
Banjir mulai mengganas sekitar pukul 17.00 WITA, saat debit air sungai-sungai utama yang melintasi Mataram meluap drastis. Ketinggian air dipermukiman warga mencapai hingga 2,5 meter dibeberapa titik, seperti di Lingkungan Kebon Duren. Kawasan seperti Ampenan, Cakranegara dan sebagian Kecamatan Narmada menjadi wilayah yang paling parah terdampak.
Data sementara menunjukkan, lebih dari 7.676 rumah terendam dan 30.681 jiwa harus mengungsi. Mereka berlindung di tempat-tempat yang lebih tinggi, termasuk masjid, kantor pemerintahan dan bahkan Asrama Haji NTB yang kini difungsikan sebagai posko pengungsian.
Tragisnya, bencana ini menelan korban jiwa. Seorang pria berusia 30 tahun di Kecamatan Narmada dan seorang perempuan berusia 50 tahun di Kecamatan Ampenan dilaporkan meninggal dunia setelah tersengat listrik akibat banjir.
Kerugian materiil diperkirakan mencapai puluhan miliar rupiah. Banyak kendaraan roda dua dan empat hanyut terbawa arus, dan harta benda warga ludes terendam air. Bahkan ada laporan warga kehilangan tabungan anak untuk sekolah dan perhiasan emasnya.
Menanggapi situasi darurat ini, Kapolresta Mataram Polda NTB, Kombes Pol. Hendro Purwoko, S.I.K., M.H. segera mengerahkan seluruh personel untuk evakuasi dan penanganan. “Begitu informasi banjir kami terima, kami langsung menggelar apel kesiapan dan menurunkan personel ke lokasi-lokasi terdampak,”jelas Kapolresta.
Koordinasi lintas instansi juga berjalan cepat, melibatkan TNI, BPBD, Basarnas, dan relawan. Wali Kota Mataram, H. Mohan Roliskana, bahkan langsung menggelar rapat darurat dan meninjau lokasi terdampak, menginstruksikan penyaluran bantuan logistik segera. Dapur umum telah didirikan di Pendopo Wali Kota Mataram untuk memastikan kebutuhan makanan pengungsi terpenuhi.
Gubernur NTB Lalu Muhammad Iqbal juga memimpin rapat koordinasi dan mengimbau ASN untuk libur sementara, fokus membantu korban banjir. Belasan warga yang mengalami luka-luka dan gatal-gatal juga telah mendapatkan penanganan medis.
Tantangan dan Upaya Mitigasi Jangka Panjang.
Meski curah hujan yang sangat tinggi menjadi pemicu langsung banjir ini, para ahli dan pemerintah daerah mulai menyoroti faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap parahnya bencana. Alih fungsi lahan yang mengurangi Ruang Terbuka Hijau (RTH), penumpukan sampah disungai yang menyumbat aliran air, serta konstruksi jembatan yang terlalu rendah, disebut-sebut sebagai masalah utama yang memperparah dampak banjir.
“Banyak sungai endapannya tinggi, sampah, dan kualitas jembatan. Jadi ada tiga masalah,”ungkap Gubernur NTB. Muncul desakan untuk diberlakukan moratorium pembangunan dekat Daerah Aliran Sungai (DAS) dan perbaikan infrastruktur drainase.
Saat ini, fokus utama adalah pada pemulihan pascabanjir, memastikan kebutuhan dasar warga terpenuhi, serta membersihkan sisa-sisa lumpur dan puing. Pemerintah Kota Mataram telah menetapkan status tanggap darurat bencana, menunjukkan keseriusan dalam penanganan.
Kapolresta Mataram mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi banjir susulan dan selalu mengikuti arahan petugas.
“Keselamatan warga adalah prioritas utama. Kami mengajak semua elemen masyarakat untuk saling bantu dan tetap tenang menghadapi situasi ini,”tegasnya.
(Orik / LCN)