Tirai Kegelapan di Balik Pagar Pesantren: Pimpinan Yayasan Ponpes di Lombok Barat Jadi Tersangka Kasus Pencabulan”

Tirai Kegelapan di Balik Pagar Pesantren: Pimpinan Yayasan Ponpes di Lombok Barat Jadi Tersangka Kasus Pencabulan”

LCN – Mataram – Sebuah tragedi moral mengguncang pondasi kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan keagamaan. Seorang tokoh yang selama ini dihormati sebagai pemimpin yayasan sebuah Pondok Pesantren (Ponpes) di Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, kini justru terjerat dalam skandal kelam: pencabulan dan persetubuhan terhadap santriwati.

“Kasat Reskrim Polresta Mataram Polda NTB, AKP Regi Halili,S.T.r.K, S.I.K., menyampaikan AF laki – laki umur (60) tahun, yang selama bertahun-tahun mengajarkan nilai agama dan moral, akhirnya resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh Polresta Mataram. Ia ditahan Rabu malam, 23 April 2025, setelah penyidikan intensif menguak fakta-fakta yang mengerikan, aksi bejat ini telah berlangsung sejak tahun 2017, menyasar anak-anak yang seharusnya ia lindungi.

Kendati demikian, Regi juga mengungkapkan, yang lebih mengerikan, lima korban mengaku telah disetubuhi layaknya suami istri. Semua itu terjadi ditempat yang seharusnya suci, ruang pribadi tersangka dilingkungan ponpes. AF bahkan mengakui perbuatannya dilakukan dengan sadar, berulang kali.

 

 

Masih Kata Regi, dua laporan utama masuk ke polisi dan penyelidikan mengungkap: korban sebagian besar, yakni anak di bawah umur saat kejadian berlangsung. Kini, setelah bertahun-tahun memendam trauma, mereka berani bersuara.

Ditengah derasnya sorotan publik dan media sosial, warga Gunungsari pun bersatu menyuarakan keadilan:

“Ini bukan sekadar kasus hukum. Ini luka batin masyarakat. Jangan ada damai, jangan ada penutupan.”

Kepolisian menjanjikan proses hukum yang tegas, tanpa pandang bulu. Pasal-pasal berat menanti AF, termasuk perlindungan anak dan pelecehan seksual oleh figur publik. Tak hanya itu, kasus ini memicu tuntutan pembenahan menyeluruh terhadap pengawasan ponpes di Indonesia,”papar Regi.

Skandal ini menjadi tamparan keras: lembaga yang seharusnya mencetak generasi bermoral, justru menjadi ladang predator berselimut jubah agama,”ungkap salah seorang warga.

(Orik / LCN)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *