LCN – Lombok Timur NTB, Wakil Bupati Lombok Timur, H. Edwin Hadiwijaya, angkat suara terkait meningkatnya angka kekerasan terhadap anak dan perempuan diwilayahnya. Kamis (17/04/2025), dalam pernyataannya, H. Edwin menegaskan bahwa tren ini sudah sangat mengkhawatirkan dan tidak bisa dibiarkan begitu saja.
“Angkanya terus naik. Ini bukan sekadar statistik, ini adalah nyawa, masa depan dan martabat masyarakat kita yang terancam, “tegas H. Edwin.
Data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) mencatat 103 kasus kekerasan sepanjang tahun 2024. Dari jumlah itu, 62 kasus menimpa perempuan dan 41 lainnya dialami oleh anak-anak. Ironisnya, hanya sekitar 50% yang berhasil diproses secara hukum. Sisanya? Diselesaikan melalui jalan kekeluargaan, yang kerap mengabaikan keadilan bagi korban.
“Budaya diam dan menyelesaikan kasus dengan pendekatan kekeluargaan justru membuat pelaku merasa aman. Ini harus diubah,”tambahnya.
“Diwaktu yang sama, Kepala DP3AKB, H. Ahmat, menambahkan bahwa minimnya pelaporan dan terbatasnya sumber daya penegak hukum menjadi penghambat utama. Masyarakat, katanya, masih ragu melapor karena takut stigma atau tekanan sosial.
Sebagai bentuk tanggung jawab, H. Edwin menyerukan kolaborasi lintas sektor – dari pemerintah Desa, lembaga pendidikan, tokoh masyarakat, hingga aparat penegak hukum – untuk membangun sistem perlindungan yang kuat dan responsif.
“Kita harus ciptakan lingkungan yang aman untuk perempuan dan anak-anak kita. Setiap suara harus didengar, setiap korban harus dilindungi,”tutup H. Edwin dengan nada tegas.
(Orik / LCN)